Sunday, March 3, 2013

Menghitung Kecepatan Cahaya


Bagi Anda yang senang pada Astronomi dan Matematika, berikut ini satu ayat yang barangkali menggelitik rasa ingin tahu Anda:

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun. (QS. 70:4)

Berapa kecepatan Malaikat naik menghadap kepada Allah?

Jika kita perhatikan, ayat di atas mengandung beberapa kata kunci:
a.     Malaikat-malaikat dan Jibril
b.     Sehari (24 jam atau 86.400 detik)  
c.     50.000 tahun

Untuk menghitung kecepatan, tentunya kita membutuhkan satuan jarak. Karena satuan jarak tidak diberikan, kita harus membuat asumsi. Agar fair, asumsi jarak akan kita hitung dari  kecepatan tercepat yang dikenal umat manusia di masa turunnya Al Qur’an. Di masa Nabi Muhammad 14 abad yang lalu, belum ada motor atau mobil. Kendaraan tercepat saat itu adalah seekor kuda Arab, yang umum digunakan untuk melintasi gurun Arab di masa itu. 

Berapakah kecepatan seekor kuda Arab? Berdasarkan data yang diperoleh dari perlombaan pacuan kuda yang sering diadakan di beberapa negara, kecepatan tertinggi yang mungkin dicapai oleh seekor kuda pacuan adalah 70 km/jam. Tetapi ingat, kuda tersebut memang dilatih untuk memenangkan pacuan kuda. Untuk kuda Arab biasa yang tidak dilatih untuk memenangkan pacuan, kita akan asumsikan kecepatan rata-ratanya 60 km/jam untuk keperluan perhitungan ini.

Jika kita paksa kuda ini berlari 60 km/jam selama 50,000 tahun non-stop… ok, memang tidak mungkin karena pastinya seekor kuda tidak akan sanggup bertahan hidup selama itu. Tapi mari kita asumsikan bahwa kita bisa membuat sebuah alat transportasi yang sanggup berjalan 60 km/jam non-stop selama 50,000 tahun, maka setelah 50,000 tahun alat transportasi tersebut sudah berjalan sejauh 25,90 milliar kilometer. Berikut perhitungannya:

Kecepatan: 60 km/jam
Jarak tempuh 1 hari: 60 km x 24 jam = 1.440 km
Jarak tempuh 1 tahun: 1.440 km x 365 hari = 525.600 km
Lama waktu tempuh: 50.000 tahun
Total jarak x waktu tempuh: 525.600 km x 50.000 tahun = 26,28 milliar km.

Jarak yang sangat jauh. Lalu dikatakan bahwa Malaikat menempuh jarak tersebut dalam 1 hari, atau 24 jam.

Jarak tempuh = 26,28 milliar km
Jarak tempuh per jam = 26,28 milliar km / 24 jam = 1,09 milliar km/jam

Subhanallah, angka yang sangat fantastis sekali. Sebagai pembanding, pesawat Concorde yang dianggap sebagai pesawat terbang tercepat memiliki kecepatan rata-rata 2,000 km/jam. Artinya, Malaikat memiliki kecepatan lebih dari 500 ribu kali pesawat Concorde.

Kecepatan Cahaya

Berapa kecepatan Malaikat jika dihitung dalam satuan detik? Mari kita hitung lebih lanjut:

1,09 milliar km / 3.600 detik = 304.166 km/detik, atau bila dibulatkan menjadi 300.000 km/detik.

Angka ini mendekati kecepatan cahaya. Para ilmuwan modern menetapkan bahwa kecepatan cahaya merupakan salah satu satuan yang konstan/tetap di alam semesta, dan kecepatan cahaya adalah kurang lebih 300 ribu km/detik.

Tentang penciptaan Malaikat, Rasulullah pernah bersabda bahwa Malaikat diciptakan Allah dari cahaya. Mungkin bukan suatu kebetulan jika perhitungan kita ini menunjukkan kecepatan laju Malaikat sama dengan kecepatan cahaya.

Standard Deviasi

Berdasarkan perhitungan para ilmuwan modern, kecepatan cahaya adalah 299.792,45 km/detik. Hasil perhitungan kita di atas menghasilkan angka 304.166 km/detik. Perbedaan 4.374 km/detik disebabkan karena asumsi-asumsi yang diambil sebagai berikut:

a. Kalendar yang digunakan adalah kalender Masehi dengan 365 hari, bukan kalendar Hijriyah
b. Penambahan jumlah hari pada tahun kabisat (setiap 4 tahun) tidak dihitung
c. Kecepatan rata-rata yang digunakan adalah 60 km/jam

Dengan merubah asumsi-asumsi di atas, adalah mungkin untuk mencapai angka kecepatan cahaya yang tepat.

Download Al Qur'an (30 Juz) terjemahan bahasa Indonesia

Saturday, February 23, 2013

Islam and Evolusi Manusia

Penemuan-penemuan fossil di seluruh dunia merupakan bukti tak terbantahkan tentang keberadaan manusia purba. Mereka berbentuk seperti kera besar berbulu, tinggal di gua-gua, dan berkomunitas. Tetapi mereka juga memiliki kecerdasan, walaupun masih terbatas. Umumnya mereka hidup dari berburu, dan sudah bisa memasak hasil buruan. Terbukti dari bekas-bekas perkakas yang ditemukan di sekitar lokasi fosil mereka ditemukan.


Berdasarkan uji umur atas fossil-fossil yang ditemukan, para ilmuwan membagi periode evolusi manusia sebagai berikut:

1. Periode Miocene: 17 juta - 5,3 juta tahun yang lalu
2. Periode Pliocene: 5,3 juta - 2,58 juta tahun yang lalu
3. Periode Pleistocene: 2.58 juta - 10.000 tahun yang lalu
4. Periode Holocene: 10.000 - 5.000 tahun yang lalu
5. Periode Manusia Modern 5.000 tahun hingga sekarang

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_human_evolution_fossils

Perselisihan antara teori evolusi dan konsep penciptaan manusia disebabkan karena kesalahan asumsi menempatkan Nabi Adam as di ujung awal dari evolusi manusia, bapak dari manusia purba. Membayangkan Nabi Adam as memiliki bentuk seperti kera besar yang berbulu bertentangan dengan firman Allah yang mengatakan:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (QS. 95:4)

Titik temu antara teori evolusi dengan konsep penciptaan sangat mungkin dapat dicapai dengan pemahaman bahwa manusia purba hingga akhir periode Holocene bukanlah keturunan Nabi Adam as, dan bahwa Nabi Adam as adalah bapak dari manusia modern yang diketahui mulai hidup sekitar 5.000 - 6.000 tahun yang lalu.

Ayat Al Qur'an di bawah ini menunjukkan bahwa Nabi Adam as diciptakan sesudah masa manusia purba, atau setidaknya di periode akhir kehidupan manusia purba.

Allah berfirman:

Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau". Rabb berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. 2:30)

Dari mana Malaikat bisa mengetahui bahwa manusia akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah? Padahal Malaikat tidak mengetahui hal yang ghaib, dan masa depan termasuk hal yang ghaib. Terbukti Allah mengakhiri ayat tersebut dengan mengingatkan para Malaikat bahwa Allah sajalah yang Maha Tahu hal yang ghaib. Lalu dari mana Malaikat bisa mengetahui bahwa makhluk yang akan diciptakan akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah?

Tidak ada penjelasan lebih lanjut dari mana Malaikat bisa tahu. Dengan mengesampingkan kemungkinan Malaikat sekedar menebak, maka kemungkinan terakhir hanyalah hasil observasi. Ungkapan Malaikat di ayat di atas merupakan hasil observasi langsung. Hasil observasi terhadap makhluk humanoid yang saat itu sudah lebih dahulu ada, yaitu manusia purba. Manusia purba tersebut memiliki sifat perusak alam dan mudah menumpahkan darah.

Bisa jadi ketika Allah berkata kepada para Malaikat bahwa Allah akan menjadikan seorang khalifah di muka bumi, Allah juga memberitahukan kepada para Malaikat ciri, bentuk, kemampuan dan tingkat kecerdasan dari makhluk baru ini. Ternyata makhluk baru ini memiliki keterkaitan dengan manusia purba yang saat itu sudah ada. Sehingga, Malaikat mengaitkannya dengan sifat-sifat manusia purba, yang cenderung membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah.

Al Qur'an bukanlah buku yang ditulis untuk membenarkan atau menyalahkan teori evolusi. Al Qur'an merupakan petunjuk bagi umat manusia untuk hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Namun karena Al Qur'an di wahyukan oleh Sang Maha Pencipta, seringkali mutiara-mutiara ilmu pengetahuan ikut turun bersamaan dengan turunnya Al Qur'an. Dari sana kita berharap menemukan jawaban dari apa yang tidak atau belum ditemukan jawabannya didalam ilmu pengetahuan.

Sebagai penutup, mari kita renungkan ayat berikut:

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga 'Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) (QS. 3:33)

Perhatikan bagaimana Nabi Adam as dilebihkan dari umat-umat di masanya. Siapakah umat-umat yang ada di masa Nabi Adam as?

Penelitian membuktikan bahwa pada suatu periode ribuan tahun yang lalu, manusia modern (homo sapiens) pernah hidup di dalam periode yang sama dengan manusia purba neanderthal. Ayat 95:4 di atas juga bisa dipahami bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang "lebih baik", yang menujukkan adanya perbandingan. Yaitu, lebih baik dari makhluk yang ada sebelumnya.

Saturday, February 2, 2013

Mengapa Islam Berbeda


Islam merupakan salah satu agama besar di dunia setelah Buddha, Hindu dan Kristen. Diperkirakan lebih dari seperlima penduduk dunia menganut agama Islam. Berikut ini tiga hal yang membedakan Islam dari agama-agama lain.

Ritualnya dicontohkan dan dipraktekan langsung oleh Nabi Muhammad 

Bisa dikatakan Islam adalah satu-satunya agama besar yang hampir semua ritual keagamaannya dicontohkan dan dilakukan langsung oleh pembawanya selama hidup. Semua ritual yang dilakukan oleh umat Islam semuanya dicontohkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad di masa hidupnya dan juga oleh orang-orang yang hidup di jaman itu.

Sholat 5 waktu. Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau mendirikan sholat 5 waktu. Tidak ada satu pun yang terlewat. Dengan jumlah roka'at yang sama, dan bacaan serta tata tertib yang sama. Jadi jika ada yang merasa berat melakukan sholat, berat bangun pagi untuk sholat Subuh, berat bangun malam untuk sholat Tahajud, percayalah Nabi Muhammad dan para sahabat beliau pun pernah melakukan semua itu. Namun bedanya, Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau melakukannya dengan ikhlas karena keyakinan dan cinta mereka kepada Allah.

Berpuasa di bulan Ramadhan. Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau berpuasa di bulan Ramadhan.

Mengeluarkan zakat dan sedekah. Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau pun mengeluarkan zakat dan sedekah. Tidak sedikit kisah-kisah yang sampai kepada kita bagaimana Nabi Muhammad dan para sahabat beliau bersedekah. Seakan mereka bersedekah seperti berlomba-lomba.

Semua ritual yand ada di dalam agama Islam semuanya dilakukan juga oleh Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau. Semuanya tanpa terkecuali. Ritual naik hajipun dicontohkan oleh Nabi Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sampai hal yang paling detil seperti memotong rambut.

Jauh setelah Nabi Muhammad wafat, sahabat-sahabat beliau tetap tekun menjalankan semua ritual yang pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad seperti halnya kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya. Hal ini membuktikan bahwa sahabat-sahabat beliau tidak melakukannya karena terpaksa atau karena takut pada Nabi Muhammad.

Nabi Muhammad bukan Tuhan

Secara umumnya pendiri agama seringkali dipahami sebagai Tuhan atau penjelmaan Tuhan di muka bumi. Siddhartha Gautama Buddha, Yesus Kristus dan Sri Krishna diyakini sebagai Tuhan atau penjelmaan dari Tuhan.

Nabi Muhammad selalu mengingatkan umatnya bahwa dirinya bukanlah Tuhan. "Aku hanya manusia biasa seperti kalian yang ditugaskan untuk menjadi seorang Rasul," demikian beliau kerap bersabda. Allahpun berfirman:

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. 42:11)

Nama agama yang unik

Agama-agama pada umumnya dinamakan sesuai dengan nama pembawa agamanya atau dengan nama wilayah atau suku agama itu diturunkan. Seperti nama Kristen yang diambil dari Kristus, sebutan bagi Yesus. Atau agama Buddha yang diambil dari nama Siddhartha Gautama Buddha. Agama Hindu, yang namanya diambil dari kata Hindustan, tempat agama itu berkembang pertama kali. Atau agama Yahudi, yang namanya diambil dari nama bangsa Yahudi.

Islam satu-satunya agama besar yang tidak dinamai dengan nama pendirinya (Nabi Muhammad), nama tempat diturunkan Makkah/Madinah atau kebangsaan Nabi Muhammad, yaitu Arab. Islam juga agama yang namanya sudah ada pada saat pendirinya masih hidup. Allah memberikan nama Islam ketika menurunkan ayat terakhir:

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. 5:3)

Saturday, January 5, 2013

Mari Gali Makna Al Qur'an

Saudara-saudaraku, kaum Muslimin yang dimuliakan Allah. Apa pendapat Anda tentang seorang lelaki yang jatuh cinta dengan seorang asing, dan ia menerima surat cinta dari kekasihnya didalam bahasa yang tidak dia mengerti. Ia belajar membaca tulisan surat itu tanpa mempelajari makna dan artinya. Karena ia merasa tahu, isinya tentulah ungkapan cinta sang kekasih.

Tahun demi tahun berlalu. Lima tahun, sepuluh tahun, dan ia pun menjadi kekaguman orang banyak karena kefasihannya membaca surat didalam bahasa asing tersebut. 

Lalu suatu hari di tahun ke lima belas, ia bertemu dengan seseorang yang mengerti bahasa asing tersebut. Ia pun memutuskan untuk menanyakan arti dan makna surat cinta kekasihnya pada orang tersebut. 

Ternyata, surat itu berbunyi, "Kekasihku, kutinggalkan sejumlah uang di dekat tempat kita bertemu. Ambillah dan segeralah susul aku ke sini. Telah kusiapkan istana indah untuk kita membina rumah tangga bahagia bersama. Aku rindu kamu."

Saudaraku, apa pendapatmu yang akan dia rasakan, mengetahui dia telah menyia-nyiakan waktu 15 tahun? Sekiranya dia mencari tahu makna surat itu 15 tahun lalu, tentu ia telah hidup bahagia, menikah, memiliki anak yang sudah beranjak dewasa, bersama sang kekasih.


Demikian pula dengan Al Qur'an. Tidak ada salahnya bisa membaca Al Qur'an dengan indah dengan memperhatikan tajwid tanda-tanda baca. Dengan cara ini Al Qur'an disampaikan turun temurun. Tetapi mengerti arti dari ayat-ayat Al Qur'an juga sama pentingnya untuk menuntun kita didalam kehidupan kita sehari-hari. Pesan-pesan yang terkandung di dalam Al Qur'an merupakan pesan Allah kepada kita, hamba-hambaNya. Dan kita semua memiliki kewajiban dan hak yang sama untuk mengetahui pesan-pesan tersebut.


Download Al Qur'an (30 Juz) terjemahan bahasa Indonesia